Postingan

Cinta milik Aruna

Hari itu, semuanya terlihat biasa saja. Melakukan rutinitas yang berulang dan sangat membosankan. Seorang perempuan dengan rambut hitam sebahu, berlari tergesa-gesa menuju ruang kelasnya. Padahal jarum jam baru menunjukkan pukul 06.30, masih pagi. 2 menit berlalu, dia sudah sampai di pintu kelas dengan napas terengah. Masih cukup sepi. Hanya ada orang-orang yang memang langganan berangkat subuh saja. “Tumben Na,” ucap seorang laki-laki berkacamata yang hobinya duduk di bangku paling belakang. Dia pintar, tapi hobi tidur. “Iyaa, kesiangan,” jawab Aruna, masih setengah ngos-ngosan. Iya, gadis itu bernama Aruna. Gadis yang cukup ditakuti oleh teman-teman kelasnya. Mungkin gara-gara suka marah-marah? Tapi entahlah. Kata orang sih, dia tsundere . Tapi kata dirinya sendiri sih, “Gue cuma nggak suka orang telat ngerjain tugas kelompok.” Tujuan Aruna pagi ini jelas: merebut takhta bangku tengah dekat jendela. Tempat suci. Tempat dia bisa mengelamun, mengawasi lapangan dari balik tirai, dan men...

Gara-gara Hujan dan Dia

Tulisan singkat ini adalah hadiah. Ya, hadiah untuk kamu. Makhluk bumi terbaik yang dikirimkan untuk mendengarkanku bernapas, menangis, bahkan mengumpat meskipun sebenarnya itu jarang aku lakukan.  *** Entah apa yang membuat seorang gadis dengan seragam SMA itu sangat kesal. Tapi yang dapat dilihat oleh orang-orang di sekelilingnya adalah seragam yang gadis itu pakai basah. Itu pasti ulah air hujan pagi ini. “Huft. Mana nerawang lagi.” Gerutu gadis itu. Seragam hari Senin memang seragam mematikan jika terkena air. Sedikit atau banyak, pasti akan terlihat sampai dalam. Gadis itu terus berjalan. Berusaha untuk tidak menghiraukan orang-orang yang ia lalui. Rasanya malu. Tapi, mau bagaimana lagi? Gadis itu hanya berharap agar dirinya cepat sampai di kelasnya. Bola mata gadis itu berputar kesal mengingat pesan singkat dari seseorang pagi tadi,  “Berangkat awal ya, nanti kita latian dulu,” kira-kira begitu isi pesannya. Pesan menyebalkan itu membuat perempuan dengan julukan “si pali...

Aku Jatuh, lagi?

Pertengahan tahun genap . Pagi itu aku menatap pantulan wajah yang sudah lebih baik dibandingkan bulan lalu . Sudah tidak terlalu muram , bahkan tidak lagi sembab . Ya, meskipun akan banyak jiwa yang tahu kalau   sepasang mata itu masih membawa luka yang belum tertutup dengan sempurna .   “Huft! Tidak terlalu menyedihkan .”   Kadang aku juga tidak paham kenapa luka-luka yang sudah cukup lama itu terus saja memaksa untuk tetap bersemi di dalam rangkaian cerita yang mestinya harus tetap berlanjut . Apa karena mereka akan menjadi prolog untuk cerita selanjutnya ? Tid ak penting .   Seperti biasa . Sampai di sekolah pukul enam pagi . Tidak kurang dan tidak lebih . Sudah ada seorang laki-laki berkulit putih dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya . Laki- laki pemburu bangku paling belakang . Oh, iya , di sana juga sudah ada perempuan berwajah manis, si pemilik alis tebal , leb ih...