Berhenti Dulu
Hujannya masih betah membasahi planet bumi di wilayahku. Wajar saja. Ini bulan Desember. Orang bilang, bulan Desember adalah puncaknya musim penghujan. Cukup puncak musim penghujan saja, jangan puncak perasaanku ke kamu. Nggak, ini bercanda.
Tulisan ini dibuat karena ketidaktahuan. Hanya sebatas aksara yang sengaja ingin dituliskan menjadi untaian cerita. Entah akan bermakna atau tidak, tergantung pembacanya.
"Hai, apa kabar?"
"Bagaimana harimu?"
"Apakah melelahkan?"
Manusia itu menghentikan aktivitasnya dan melirikku tajam. Sangat tajam, seperti ujung anak panah yang seolah-olah sudah siap menusuk mataku atau mungkin merobek bibirku yang tidak henti-hentinya berceloteh.
"Melelahkan atau tidak, itu bukan urusanmu."
Kali ini gertakkannya tidak mempan. Aku tidak takut. Bahkan ini semakin menantang. Dengan semakin berani, aku menggeser kursi yang aku duduki agar lebih dekat dengan tubuhnya.
"Alah, nggak usah sok kuat kamu."
"Bisa nggak sehari aja nggak usah ganggu aku?"
Hahaha. Aku menang. Aku berhasil membuatnya kembali berbicara. Dengan sedikit emosi tentunya, atau banyak? Aku tidak peduli, yang aku tahu adalah aku berhasil mengganggu manusia aneh sampai marah atau bahkan tidak mau lagi melihat wajahku yang menyebalkan ini.
"Aku nggak ada niat ganggu kamu. Aku cuma pengen kamu berhenti sebentar."
Manusia itu diam. Hanya diam dan tidak berkutat lagi dengan kegiatannya. Aku tidak tahu apa yang menarik dari benda besar persegi panjang dengan berbagai coretan ke segala arah di atasnya. Namun, benda itu selalu berhasil menghipnotis manusia aneh itu.
"Mau sampai kapan kamu gangguin aku?"
"Harusnya aku yang tanya. Mau sampai kapan kamu kayak gini? Kalo capek itu istirahat dulu."
Mungkin sudah seribu kali kalimat itu keluar dari mulutku. Sejak satu tahun yang lalu. Sejak seseorang yang paling berarti dalam kehidupan manusia aneh itu pergi. Pergi meninggalkan manusia batu yang menjadi semakin membatu.
"Kamu nggak kasian sama Ayah? Bunda? Adikmu mungkin? Perubahan kamu yang aneh itu bikin mereka panik, tau?"
Kini aku berbicara lebih banyak. Sedikit lebih emosi. Jujur saja manusia batu dan aneh ini sangat menyebalkan. Tenagaku selalu saja habis jika harus berhadapan dengannya.
"Jadi aku salah?"
Bodoh. Sepertinya selain aneh, batu, dan menyebalkan dia juga tidak mengerti bahasa manusia dengan baik. Apakah dia alien? Entahlah, tidak ada yang tahu.
"Perasaanmu nggak salah, tapi cara kamu ngehadapin situasi yang kamu alami itu yang salah."
Komentar
Posting Komentar